Jalan Menuju Keraton
Poros Jalan Menuju Keraton adalah sumbu historis dan filosofis yang membentang lurus dari utara ke selatan dengan Keraton Surakarta sebagai titik pusatnya. Arteri utama poros ini, Jalan Jenderal Sudirman, mengalir melalui Bundaran Gladag sebelum terbuka menuju Alun-Alun Lor dan berakhir di gerbang utama keraton di Pagelaran. Lebih dari sekadar jalur transportasi, rute ini merupakan lintasan simbolis yang merepresentasikan konsep kekuasaan, kosmologi, dan kehidupan dalam kebudayaan Jawa.
Sejarah poros ini sama tuanya dengan pendirian Kota Surakarta pada tahun 1745. Ketika Sunan Pakubuwono II memindahkan pusat kerajaannya, tata ruang kota baru ini dirancang dengan cermat, menciptakan sumbu utara-selatan sebagai garis imajiner yang secara kosmologis menghubungkan kesakralan Gunung Merapi/Merbabu di utara dengan kekuatan spiritual Laut Selatan. Di tengahnya, keraton ditempatkan sebagai pusat dunia dan penyeimbang alam.
Pada era kolonial Belanda, poros ini, khususnya Jalan Jenderal Sudirman, berkembang menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi modern. Jalan ini menjadi penghubung strategis antara Benteng Vastenburg—pusat kekuatan militer Belanda—dengan Keraton Surakarta sebagai pusat kekuasaan pribumi. Di sepanjang jalan inilah berdiri gedung-gedung penting Eropa seperti De Javasche Bank (kini Museum Bank Indonesia), yang menegaskan statusnya sebagai kawasan elite yang pada masanya dikenal dengan nama seperti Heerenstraat. Setelah kemerdekaan, nama jalan tersebut diubah menjadi Jalan Jenderal Sudirman untuk menghormati pahlawan nasional.