Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua dan paling bersejarah di Indonesia. Terletak di jantung Kota Demak, Jawa Tengah, masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai saksi bisu perkembangan Islam di Pulau Jawa dan pusat kegiatan kebudayaan serta spiritualitas umat Muslim.
Lokasi dan Aksesibilitas
Masjid Agung Demak berada di Jalan Sultan Fatah, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Lokasinya sangat strategis, berjarak sekitar 26 km dari Kota Semarang, 25 km dari Kabupaten Kudus, dan 35 km dari Kabupaten Jepara. Masjid ini terletak di pusat kota dan menghadap ke alun-alun yang luas, mengikuti pola umum tata ruang kota-kota di Pulau Jawa hingga masa kini.
Asal-Usul dan Sejarah Berdirinya
Masjid Agung Demak diyakini dibangun pada abad ke-15 Masehi oleh Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak, dengan bantuan para Wali Songo—sembilan ulama penyebar Islam di Pulau Jawa. Pembangunan masjid ini dimulai sekitar tahun 1466 dan selesai pada tahun 1478. Masjid ini menjadi pusat dakwah dan simbol kejayaan Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa.
Arsitektur dan Keistimewaan Bangunan
Masjid Agung Demak memiliki arsitektur khas Jawa dengan atap tumpang tiga (limasan) yang melambangkan Iman, Islam, dan Ihsan. Bangunan utama terbuat dari kayu jati, mencerminkan perpaduan budaya Hindu-Buddha dan Islam. Di dalam masjid terdapat empat tiang utama (saka guru) yang diyakini dibuat oleh para Wali Songo:
-
Saka Tatal (timur laut) oleh Sunan Kalijaga
-
Saka Majapahit (tenggara) oleh Sunan Ampel
-
Saka Bonang (barat daya) oleh Sunan Bonang
-
Saka Gunung Jati (barat laut) oleh Sunan Gunung Jati
Selain itu, masjid ini memiliki pintu utama yang disebut Lawang Bledheg, yang konon dibuat oleh Ki Ageng Selo dan dihiasi dengan ukiran kepala naga serta motif petir. Serambi masjid juga memiliki delapan tiang berukir yang dikenal sebagai serambi Majapahit, menambah nilai historis bangunan ini.
Peristiwa Penting dan Tradisi Keagamaan
Masjid Agung Demak menjadi saksi berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam di Jawa. Selain sebagai pusat pemerintahan dan dakwah, masjid ini juga menjadi tempat berkumpulnya para Wali Songo untuk merumuskan strategi penyebaran Islam. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga kini adalah perayaan Grebeg Besar dan Pawai Pajang Jimat, yang diadakan untuk memperingati haul Raden Patah dan Sunan Kalijaga.
Wisata Religi dan Oleh-Oleh
Sebagai destinasi wisata religi, Masjid Agung Demak menawarkan pengalaman spiritual dan edukatif bagi pengunjung. Di sekitar masjid, terdapat kompleks makam raja-raja Demak, termasuk makam Raden Patah, serta Museum Masjid Agung Demak yang menyimpan berbagai koleksi sejarah dan budaya. Pengunjung juga dapat menikmati kuliner khas Demak, seperti Soto Demak dan Tahu Petis, serta membeli oleh-oleh seperti batik khas Demak dan kerajinan tangan berbahan dasar kayu jati.
Kondisi Saat Ini dan Upaya Pemeliharaan
Meskipun telah berusia lebih dari lima abad, Masjid Agung Demak tetap berdiri kokoh dan berfungsi sebagai tempat ibadah utama bagi umat Muslim di Demak. Pemerintah Kabupaten Demak bersama dengan pengurus masjid secara rutin melakukan pemeliharaan dan renovasi untuk menjaga kelestarian bangunan bersejarah ini. Pada masa Orde Baru, pemerintah kolonial Belanda juga pernah memerintahkan pemugaran masjid ini untuk mempertahankan nilai sejarahnya.
Kesimpulan
Masjid Agung Demak bukan hanya sebuah tempat ibadah, tetapi juga simbol sejarah, budaya, dan spiritualitas umat Islam di Indonesia. Dengan arsitektur yang unik, nilai sejarah yang mendalam, serta tradisi keagamaan yang masih lestari, masjid ini menjadi salah satu destinasi wisata religi yang penting di Pulau Jawa. Mengunjungi Masjid Agung Demak tidak hanya memberikan pengalaman spiritual, tetapi juga wawasan tentang perjalanan panjang penyebaran Islam di Nusantara.