Masjid Agung Surakarta

Masjid Agung Surakarta

Tour 360 Lihat peta

Masjid Agung Surakarta

Masjid Agung Surakarta, atau Masjid Agung Al-Jami' Surakarta, adalah sebuah masjid agung kerajaan yang menjadi salah satu pilar utama dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Berdiri megah di sisi barat Alun-Alun Lor (Utara), tepat berhadapan dengan Keraton Surakarta, masjid ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah utama, tetapi juga sebagai simbol kekuasaan spiritual raja dan pusat syiar Islam bagi seluruh kerajaan. Arsitekturnya yang monumental dan sarat makna filosofis menjadikannya salah satu mahakarya arsitektur masjid tradisional Jawa yang paling terkemuka.

 

Sejarah pembangunan Masjid Agung Surakarta diprakarsai oleh Sri Sunan Pakubuwono III dan dimulai pada tahun 1763 Masehi, kemudian selesai pada tahun 1768 Masehi. Pembangunannya merupakan bagian tak terpisahkan dari tata ruang ibukota kerajaan yang menganut konsep Catur Gatra Tunggal, yang menyatukan empat elemen kekuasaan dalam satu pusat: Keraton (pusat pemerintahan), Alun-Alun (ruang publik dan pusat kegiatan rakyat), Pasar (pusat ekonomi), dan Masjid (pusat spiritual). Posisi masjid yang berada di sebelah barat keraton secara simbolis merepresentasikan arah kiblat dan menegaskan bahwa kekuasaan raja (sebagai khalifah) selalu bersandar pada nilai-nilai keislaman.

 

Arsitektur Masjid Agung Surakarta adalah perpaduan harmonis antara gaya Jawa, Islam, dan sedikit sentuhan kolonial Eropa. Bangunan utamanya menggunakan atap model tajug tumpang tiga yang ditopang oleh empat saka guru (tiang utama) di tengahnya, sebuah ciri khas arsitektur masjid agung di Jawa yang melambangkan tingkatan dalam ilmu tasawuf. Di dalam area masjid terdapat maksurah, sebuah ruangan berjeruji kuningan yang diperuntukkan khusus bagi raja dan keluarganya saat beribadah. Salah satu ciri khas lainnya adalah gapura utama masjid yang megah dengan gaya arsitektur Semar Tinandhu, yang merefleksikan pengaruh Hindu-Jawa pra-Islam.

 

Selama berabad-abad, Masjid Agung tidak hanya berfungsi sebagai tempat salat. Di sini pula berbagai upacara keagamaan kerajaan, seperti perayaan Grebeg Maulud, Grebeg Syawal, dan Grebeg Besar, diselenggarakan. Masjid ini juga menjadi pusat pengadilan agama (Surambi) pada masanya, tempat para ulama keraton memutuskan berbagai perkara hukum berdasarkan syariat Islam. Kini, selain tetap menjadi pusat ibadah bagi masyarakat luas, Masjid Agung Surakarta berdiri sebagai cagar budaya yang agung, sebuah monumen hidup yang menceritakan pertautan erat antara kekuasaan, rakyat, dan spiritualitas dalam peradaban Mataram Islam di tanah Surakarta

Terakhir diperbarui pada 16 October 2025