Pura Mangkunegaran

Pura Mangkunegaran

Tour 360 Lihat peta

Pura Mangkunegaran

 

Pura Mangkunegaran merupakan sebuah kompleks istana megah yang menjadi pusat kebudayaan dan sejarah Kadipaten Mangkunegaran di Surakarta. Berbeda dari Keraton Kasunanan, Pura Mangkunegaran memiliki status sebagai istana kadipaten (sebuah kepangeranan otonom), namun pesona dan pengaruh budayanya tidak kalah besar. Terletak di jantung Kota Surakarta, istana ini dikenal dengan arsitekturnya yang anggun, koleksi seninya yang tak ternilai, serta perannya sebagai penjaga tradisi seni dan budaya Jawa yang dinamis hingga saat ini.

 

Sejarah Pura Mangkunegaran lahir dari perjuangan gigih sang pendirinya, Raden Mas Said, seorang pangeran Mataram yang dikenal dengan julukan "Pangeran Sambernyawa" karena keberanian dan kehebatannya di medan perang. Perjuangannya melawan VOC dan kekuatan lokal lainnya selama bertahun-tahun berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Salatiga pada 17 Maret 1757. Perjanjian ini secara resmi mengukuhkan status Raden Mas Said sebagai penguasa otonom atas wilayah yang disebut Praja Mangkunegaran, dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I. Perjanjian ini sekaligus menandai berakhirnya perpecahan trah Mataram.

 

Setelah resmi bertahta, Mangkunegara I segera membangun istananya yang kemudian dikenal sebagai Pura Mangkunegaran. Arsitektur istana ini sangat khas, menampilkan perpaduan antara gaya keraton Jawa dan sentuhan arsitektur Eropa yang elegan, yang merefleksikan wawasan para penguasanya yang kosmopolitan. Kompleks ini terdiri dari beberapa bagian utama, di antaranya adalah Pendhapa Ageng yang megah dengan langit-langit berhias batik dan motif astrologi Jawa, Dalem Ageng yang berfungsi sebagai museum untuk menyimpan pusaka-pusaka berharga, serta Perpustakaan Rekso Pustoko yang menyimpan naskah-naskah kuno.

 

Di bawah kepemimpinan para penerusnya, Mangkunegaran terus berkembang sebagai pusat kebudayaan. Mangkunegara IV, misalnya, dikenal sebagai sastrawan besar yang melahirkan karya monumental Serat Wedhatama, serta seorang modernis yang mendirikan Pabrik Gula Colomadu dan Tasikmadu. Kini, Pura Mangkunegaran tidak hanya berfungsi sebagai kediaman keluarga adipati, tetapi juga telah bertransformasi menjadi pusat seni dan budaya yang terbuka untuk publik. Berbagai pertunjukan tari, gamelan, serta pameran seni rutin digelar, menjadikannya destinasi wajib bagi siapa pun yang ingin menyelami kekayaan dan keindahan budaya Jawa yang otentik dan terus hidup

Terakhir diperbarui pada 16 October 2025